Friday, July 20, 2012

The Story about I and University Entrance (1 of 2)

di posting ini, aku ingin menceritakan tentang kisahku setelah lulus kelas tiga. yaitu saat saat dimana aku harus menentukan perguruan tinggi yang akan menempa dan membimbingku kelak.

aku ingat, dulu aku sering berkata "Aku harus masuk kedokteran. harus." entah itu di temanku, organisasi yang aku ikuti, atau ke diriku sendiri. ya memang pada saat itu FK adalah sebuah tujuan utama. tapi, aku tahu kok dari dulu bahwa itu bukan cita citaku. sewaktu TK mungkin iya. FK hanya lah sebuah goal yang harus aku capai. alasannya sih klise. keinginan orang tua dan keluarga. aku tak bisa mengabaikannya. apalagi aku anak terakhir. siapa lagi yang akan menjadi calon dokter? siapa lagi yang akan membuat bangga keluarga besar? pertanyaan itu selalu membuat ulu hatiku sakit.

aku pun berjuang keras di masa SMA ku untuk mendapatkan nilai terbaik. hingga melupakan untuk mencari passion dan jati diriku yang sebenarnya. hm. semua demi orang orang yang aku sayang. memang aku tidak ranking satu. tapi setidaknya nilaiku cukup memuaskan.

sampai akhirnya, kelas tiga SMA pun datang.

di masa ini aku banyak mendapat pelajaran kehidupan. aku pun mulai sadar. cita citaku apa. bukan sebuah profesi, melainkan sebuah titik dimana aku ingin hidup sejahtera. bergelimang harta. karena aku masih berfikir di dunia ini kebahagiaan hanya diraih jika kita mempunya harta. tapi profesi apa yang bisa mencapai titik itu? masih belum terfikir jelas di dalam otakku. awal kelas 3 pun aku lewatkan hanya demi sebuah bangku di FK. Unair lebih tepatnya.

aku sangat sedih, ketika semua teman temanku mulai curhat ke orang tua mereka masing masing. bertukar pendapat tentang perguran tinggi apa yang terbaik untuk mereka. sementara aku, mau bertanya pun tak berani. karena jawabannya sudah fix. FK.

sedihku pun bertambah, ketika aku tidak lolos mengikuti SNMPTN undangan. yah, down pasti. down banget. kecewa apalagi, kesempatanku untuk masuk FK pun semakin sempit. tapi, ku coba untuk menyingkirkan rasa kecewa itu sedapat mungkin. karena pada saat itu ujian ujian telah menanti di depan mata. aku harus fokus!

tiba tiba suatu saat, bapakku, yang perfeksionis, yang amat keras menyuruhku masuk FK, menawarkanku memilih teknik elektronika. ITB pula. aku pun langsung meng iya kan. karena jujur, bukannya aku pintar dalam hal elektronika, tetapi rasa takutku masuk FK daripada masuk teknik lebih besar. dan aku pun sepertinya menyadari bahwa diriku ini lebih menyukai fisika dan benda mati. tapi sayang, ITB tak diperbolehkan oleh ibuk. ITS pun menjadi destinasi keduaku. Alhamdulillah, setidaknya aku punya dua pilihan yang disetujui terutama orang tuaku :)

UN pun usai dan berlanjut ke program intensif untuk SNMPTN. sakit hatiku gara gara tak lolos undangan telah aku tutup rapat. meski sempat sakit kembali ketika pengumuman undangan keluar. aku tak boleh menyerah dan terpuruk! karena jalanku sendiri masih panjang.

lalu kemudian, pengumuman tentang biaya kuliah pun datang. dan FK Unair, 150 juta++. sungguh biaya yang tak sedikit. aku pun jadi mempertimbangkan pilihan SNMPTN tulisku nanti apa. aku harus memilih salah satu. FK atau TE. dan akhirnya, aku putuskan untuk melepaskan FK. pilihan yang berat. dan memang, di balik setiap keputusan, akan ada dampak negatif maupun positifnya. tapi ya sudahlah. dan tujuanku selama 17 tahun lebih untuk menjadi mahasiswi FK pun aku coba untuk menghilangkannya.

SNMPTN pun semakin dekat. tapi sadar tidak sadar, keputusanku untuk melepaskan FK itu masih mengganjal di dalam hati. tapi aku tahu kalau aku memilih keduanya di SNMPTN nanti, namanya bunuh diri. karena bagiku waktu itu passing grade adalah sebuah 'hantu yang menakutkan'. dan aku tetap tidak goyah sampai akhir. ku lepaskan FK dan aku pilih TE sebagai pilihan pertama di SNMPTN nanti.

untuk pilihan kedua? aku berfikir pastinya tidak ada FK yang mau dijadikan pilihan kedua. jadi aku mencari alternatif lain yang mendekati TE. ya, teknik mesin. dan akhirnya pada saat pendaftaran, aku memilih dua jurusan yang amat sangat berbeda dengan FK, yaitu teknik elektronika dan teknik mesin. semoga itu pilihan yang tepat, pikirku,

sampai dua hari sebelum pendaftaran SNMPTN ditutup. aku berkonflik batin dengan diriku sendiri. "tidak. pilihan itu tidak benar. kamu lemah, asti! kamu ga bakal kuat ada di sana! apalagi mesin! apa cuma gara gara kamu bakal kelihatan keren gara gara kamu cewek yang masuk teknik itu? hello! ini masa depan kamu! gimana kalau kamu ngga sanggup? mau ngulang lagi? kasihan orang tuamu!" kurang lebih seperti itu konflik batinku. sampai aku menangis tak henti. esok paginya di tempat les pun aku menangis. akhirnya, aku berubah pikiran lagi. aku telepon ibuk, meminta tolong untuk membeli nomer pendaftaran SNMPTN lagi. dan akhirnya pendaftaran kedua kalinya aku lakukan.

pilihan pertama: Teknik Elektronika ITS
pilihan kedua: Kedokteran Gigi Unair

dan mungkin itu keputusan yang tepat. biarlah Tuhan yang memilihkan apa yang terbaik bagi hambaNya. dan aku pun melaksanakan SNMPTN tulis. berusaha dengan sebaik mungkin.

(to be continued)

No comments:

Post a Comment

 
h3.post-title {font-family: 'The Girl Next Door', serif;}